[CERBUNG, PART 1] Arti Sebuah Mimpi

"Lily, kamu kosong nggak hari ini, kalau nggak sibuk ikut talk show yuk."

"Dimana? acara apa?"

"Penasaran aja dulu, siap-siap yah, aku jemput kamu, acaranya besok pagi jam 9.00 cyuuu."

Pagi itu, aku dan Lily menuju ke salah satu kampus di Makassar untuk menghadiri salah satu event yang diselenggarakan oleh Telkomsel. Nama event itu adalah The NextDev. Sebenarnya, aku nggak tahu seperti apa event itu, aku hanya melihat info event itu di salah satu akun sosial mediaku. Kebetulan hari itu nggak ada kelas di kampus, jadi aku memanfaatkan semua event yang bisa ku ikuti, apalagi jika event itu gratis. Hehehe

Lily adalah sahabat yang sangat enak diajak ikut event-event seperti itu, kami berdua memang berbeda kampus, namun sejak bertemu di english club kemarin, kami menjalin persahabatan. Di event NextDev, kami bertemu banyak mahasiswa dari berbagai kampus dan aku baru tahu jika event NextDev dihadiri oleh bapak walikota Makassar. Di event itu, kami belajar tentang pentingnya teknologi. Kami berinteraksi dengan peserta lain.

Saat pembagian group, aku terpisah dengan Lily. Kami berbeda group. Dan saat aku melirik groupku, aku baru sadar jika semua peserta di groupku semuanya laki-laki. Hanya aku yang perempuan. Merasa kaku dan canggung. Namun, aku mencoba terlihat santai. 

Dari pembagian group itu, kami diberikan tugas untuk merancang salah satu aplikasi startup. Kami pun bertukar pendapat untuk merancang salah satu aplikasi. Walau hanya sebatas rancangan, group yang aku masuki terlihat serius. Akhirnya, kami memutuskan satu aplikasi dengan nama yang sudah ditentukan. Fungsi aplikasi itu untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam hal kebutuhan rumah tangga. Setelah berembuk, kami tinggal menunggu giliran mempresentasikan hasil diskusi kami.

Kulirik Lily yang duduk tak jauh di sampingku, dia pun sedang bersemangatnya berdiskusi dengan groupnya. Waktu terasa cepat berlalu. Hari itu, group aku mendapat hadiah memenangkan rancangan aplikasi terbaik. Aku sangat senang dan tidak menyangka akan memenangkan kompetisi itu. Kami semua diundang ke atas panggung untuk menerima hadiah dari Telkomsel.

Sebelum pulang, kami dibagikan brosur oleh salah satu panitia Telkomsel. Kakak panitia juga menjelaskan tentang informasi yang ada di brosur itu. Aku tak begitu memerhatikan tentang brosur itu, namun saat kakak panitia menyebut kata "Australia" mataku terbelalak. Dengan sigap, aku meraih brosur yang terletak di depanku. 

Event itu pun berakhir sore itu. Kami berkesempatan berfoto dengan Bapak Walikota Makassar. Aku begitu terkesan dengan event yang diselenggarakan Telkomsel. Eventnya sangat bermanfaat dan menambah wawasan. Aku dan Lily pulang sore itu. Brosur yang kuambil di meja tadi, masih kusimpan di dalam tasku. Mimpi yang lama bergejolak kembali. Info di brosur itu membuatku meluap-luap. Aku harus mendaftar!

*** 

Eight Month Later...  

Bagiku, bulan Oktober adalah bulan sukacita. Di bulan ini, aku mendapat banyak kejutan-kejutan dan memulai sesuatu yang baru. Di bulan ini, aku memulai mimpi-mimpiku dengan melakukan hal-hal kecil untuk mewujudkannnya. Pertama, aku ingin mengoleksi buku-buku untuk memenuhi perpustakaan miniku kelak. Karena memiliki biaya pas-pasan dan cukup mustahil mewujudkan mimpi itu, aku mengikuti kuis-kuis buku di sosial media. Perih juga sih saat menunggu pengumuman pemenang dan ternyata itu bukan kita, namun demi mengumpulkan buku-buku aku tidak ingin menyerah. Alhamdulillah sejak mengikuti kuis buku di bulan Agustus-Oktober, aku berhasil mengumpulkan buku kurang lebih empat puluh buku. Dan semuanya kudapatkan melalui kuis buku. Satu impian kecilku untuk memiliki perpustakaan mini terwujud. Di bulan Oktober, aku menyusun buku-buku yang kudapatkan dan mengajak teman-teman untuk ikut membaca. Kebanyakan buku yang kumiliki saat ini adalah novel. Bagiku, novel bukan hanya sekedar hiburan semata untu sebuah cerita, namun dalam novel kita bisa menemukan sesuatu yang luarbiasa. 

Pagi itu, aku masih baring di tempat tidur, keasyikan ngeblogging semalam membuatku begadang. Kulirik jam di hpku, dan astagaa sudah pukul 09.15. Aku tersentak melihat jam di hpku, aku merasa menyesal bangun telat lagi. Sebelum bergegas mandi, seseorang menelponku. Kuraih hp yang tergeletak di samping tempat tidurku. 

"Halo..." Suaraku masih serak. Kuharap orang yang menelponku tidak menebak jika aku baru bangun.

"Halo, saya dari Telkomsel cabang Makassar, apa betul ini dengan Nuraini?" Aku masih terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan seseorang yang menelpon itu.

"Iya benar, ada apa yah?" Aku memaki diriku sendiri yang menjawab telpon sambil menguap. 

"Begini, kami undang Nuraini untuk datang ke kantor Telkomsel. Ada hal yang ingin disampaikan. Anda pernah mendaftar program Education Holiday di Telkomsel kan?" 

"Iya benar..." Dengan ragu, aku menjawab pertanyaan seseorang yang menelpon itu.

"Baiklah, kami tunggu saudari untuk datang ke kantor kami di grapari Telkomsel. Jam 10.00 yah pagi ini. Bisa?" 

"i...iya bisa, bisa pak..." Aku tak tahu mengapa langsung mengiyakan ajakan dari penelpon itu. Padahal, aku bekum tahu pasti, apakah itu benar atau tidak. Ada dua pendapat yang berbisik dalam pikiranku. Apakah itu penipuan atau bukan. Namun, nalarku mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang dikatakan penelpon itu. Itu bukan penipuan. Pertama, aku memang pernah mendaftar di program Education Holiday, kedua, aku sendiri yang harus ke kantor mengonfirmasi info itu. Tanpa berikir lama, aku bersiap-siap menuju grapari Telkomsel. Aku merasa dikejar waktu, berhubung sudah pukul setengah sepuluh. Setengah jam lagi aku harus sampai di grapari. 

Selama perjalanan menuju grapari, ingatanku mengingat-ingat kejadian delapan bulan yang lalu. Saat aku mengikuti event NextDev yang diselenggarakan Telkomsel dan saat aku membawa pulang salah satu brosur di event itu. 

*** 

"Lily, kamu nggak mau daftar di program ini? Keren loh, kita bisa ke Sydney, liburan sambil belajar. Waw banget ini." Aku sangat bersemangat menunjukkan brosur itu kepada Lily saat berada di angkot.

"Emang gimana sih kalau mau ikut program itu? tanya Lily sesekali memerhatikan brosur yang kupegang itu.

"Gampang kok, cukup daftarin aja nomor kita. Ketik nama, nama kampus trus kirim deh ke nomor ini." Aku menunjukkan ke Lily petunjuk pendaftaran di brosur itu.

"Bolehlah, nanti aku coba."

Kami pun berpisah. Rumah Lily tak jauh dari kosan tempatku tinggal. Saat sampai di kos, aku langsung membaca ulang brosur itu. Di sana tertera persyaratan untuk mengikuti program itu. Cukup mendaftrakan nama dan nama kampus. Pemilihan pemenang berdasarkan jumlah pemakaian internetan. Aku berfikir sejenak. Selama ini, aku selalu menggunakan internet, entah itu aktif di sosial media, youtube, apalagi blogging. Dan kartu yang kugunakan untuk internetan adalah Katu As. Aku tersenyum lebar dan merasa optimis. Nggak ada salahnya mendaftarkan diri untuk mengikuti program ini. Lagipula, poin pembelian kuotaku nggak akan sia-sia. 

Akhirnya, aku mendaftarkan diri untuk mengkuti program Education Holiday melalui sms. Akupun menerima konfirmasi dari Telkomsel, dan telah terdaftar mengikuti program itu. Sekali lagi, aku membaca brosur itu, harapanku sangat menggebu-gebu saat melihat gambar Sydney di brosur itu, semua akomodasi mulai dari passport, visa, pesawat, makan, dan lain-lainnya ditanggung oleh Telkomsel. Dan aku sangat penasaran seperti apa training Leadership di Sydney kelak, dan bagaimana suasana tempat-tempat city tour yang tertera di brosur itu. 

*** 
 "Dek sudah sampai." Lamunanku terhenti saat tukang gojek berhenti tepat di depan kantor Telkomsel. Dengan langkah yang kaku dan pikiran yang berkecamuk, aku memasuki kantor Telkomsel.

Kuhampiri salah satu satpam yang berdiri di depan kantor, aku menanyakan nama penelpon yang sudah menelponku tadi, anehnya, pak satpam tidak mengenali nama yang menelponku. Dahiku pun berkerut.

Aku mencoba bertanya ke karyawan telkomsel lain, namun lagi-lagi tak ada yang tahu nama penelponku tadi pagi. Aku pun mulai gusar dan segala pikiran negatif berkecamuk dalam pikiranku. Kucoba menghubungi nomor yang menelponku tadi. Sayangnya, telponku tidak diangkat. Aku mulai mengira-ngira jika memang ini penipuan. Dengan langkah gontai, aku meninggalkan kantor itu.

Tak lama kemudian, hpku kembali berdering.

"Ya halo..." Aku sedikit kesal menerima telpon ini.

"Kamu sudah dimana Aini"

"Aku sudah ke kantor pak, tapi nggak ada yang kenal nama bapak. Ini benar kan?" nadaku mulai terdengar kesal.

"Kamu di kantor mana?"

Masih dengan nada kesal, aku mencoba menjelaskan kantor yang kudatangi.

"Kamu salah kantor Aini, bukan di situ. Tapi di Grapari depan hotel Clarion." 

"Apa?" Aku salah kantor? gumamku dalam hati. Kenapa aku salah kantor?

Penelpon itu memberiku intruksi sedikit mengenai kantor grapari Telkomsel. Selama ini, aku salah duga, kupikir kantor yang selalu kulihat saat melewati jalan Pettarani adalah Grapari, dan memang benar, masih adalagi satu kantor tak jauh dari tempat ini. Karena diburu rasa penasaran, aku belum menyerah. Kucari lagi kantor grapari yang selama ini belum kutahu. Setelah beberapa menit, akhirnya aku menemukan kantor grapari. Aku memaki diriku sendiri dalam hati.

"God.. ternyata grapari itu yang ini, astagaa...." Pekikkku dalam hati.

Aku bergegas memasuki kantor itu dan bertanya ke resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu Mba?" Kata si resepsionis.

"Saya ada janji bertemu dengan Pak Bambang dan Pak Nasar Mba, dimana yah ruangannya." Aku berusaha menyamarkan rasa gugupku.

"Oh silahkan mba, ke lantai dua yah." Setelah mba resepsionis menelpon Pak Bambang, akupun menuju lantai dua. Salah seorang satpam membantuku menemui pak Nasar. 

"Pak Nasar yah?" Tanyaku setengah kikuk.

"Oh ini Mba Aini yah. Silahkan masuk." Aku hanya menuruti perkataannya. Tak jauh dari tempat itu, seseorang menyambutku dengan senyum. Kami pun berkenalan dan aku dipersilahkan duduk.

"Selamat yah Aini, kamu terpilih untuk mengikuti program Education Holiday ke Sydney, Australia." 

"...." Aku diam tanpa ekspresi. Aku mecoba mencerna ucapan pak Bambang barusan.

"What? ke Sydney...." 

Segalanya berjalan cepat. Pak Bambang memberitahuku tentang persiapan ke Sydeny. Aku hanya menyiapkan passport dan dokumen-dokumen lain untuk pengiriman berkas ke Jakarta. Masih dalam keadaan shock, aku tidak berekspresi apa-apa. 

Beberapa karyawan Telkomsel memberikan ucapan selamat kepadaku termasuk pak Bambang dan pak Nasar. Sekembalinya dari grapari, aku merasa ini hanya mimpi. Tapi, ini bukan mimpi lagi. Dan saat mimpi itu terwujud, aku merasakan sesuatu yang berbeda sampai-sampai nggak bisa berekspresi apapun. Rasa syukur terucap tak henti-hentinya mengalun dalam hatiku.

"Sydney, Australia??? ya Allah... Ini mimpiku!"



 

2 komentar:

Member of Stiletto Book Club

Komunitas Blogger Makassar

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri

Member of Warung Blogger

Warung Blogger

Member of Blogger Perempuan

Member Hijab Blogger

Free "Care" Day

Free "Care" Day