Announcement of The Winner Giveaway Novel MTD

Hola, teman-teman
Ain mau bilang makasih banget yah buat yang udah berpartisipasi dalam giveaway novel Mencintai Tanpa Dicintai karya kak IF. 
Total partisipant ada 25 nama, waw! Namun, hanya ada 1 pemenang yang berhak memenangkan novel ini (dipilih secara acak). So, buat teman-teman yang belum terpilih jangan berkecil hati yah. Insya Allah akan ada giveaway selanjutnya lagi :)
Oiya good news buat partisipant yang belum beruntung memenangkan novelnya, berhak mendapatkan diskon 20% untuk pembelian bukunya. Sila inbox saya di twitter @PrinceesAsuna

Berikut nama-nama dan nomer partisipant:

  1.  Meli Rahmadani
  2. Rohaina Lilis
  3. Elsita Fransiska
  4. Ibnu hayyan
  5. Aimatul Latifah
  6.  Jauharotun Nihayati
  7.  Cahya S
  8.  Ayu widyastuti
  9.  Bintang Maharani
  10.  Ayuni Adesti
  11. Djoeni Baroen
  12. Aya Murning
  13. Athaya Irfa
  14.  Mariyam riya
  15.  Cahya widyastutik
  16. Nur azizah
  17. Rini virgo
  18. Baiq cyntia
  19. Kairaz
  20. Luluk Atul
  21. Yanti Nurhida
  22. Kiki Rizreyo
  23. Salimah Isnaini
  24.  Afifah Khoiriah
  25. Tania Alena


And the winner is...
Yeay! Cogratulation to Ibnu Hayyan @ibha_ silahkan DM nama, alamat lengkap, no hp + kode pos ke twitter saya yah @PrinceesAsuna, dituggu konfirmasinya 1x24 jam sejak post ini ditayangkan. Thankyou :)

[REVIEW] CORAT-CORET DI TOILET

Judul buku: Corat-Coret di Toilet

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-602-03-0386-4

Cetakan 1:  April 2014

Tebal: 132 halaman

MyRate: 3.5/5




BLURB
 
"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet."

"Nada komedi-satirnya cukup kuat dalam Corat-coret di Toilet. Cerdas juga usahanya mengangkat hal kecil yang remeh temeh menjadi problem kemanusiaan."
- Maman S. MahayanaMedia Indonesia

"I decide to translate Corat-coret di Toilet not only because it is one of Eka's best-known short stories, but because it is very blackly funny. It catches perfectly the atmosphere of student life in Indonesia at the start of the new century, as the brief promise of Reformasi was being extinguished by gangsterism, cynicism, greed, corruption, stupidity, and mediocrity. It also mirrors beautifully the bizarre lingo shared by ex-radicals,  sexual opportunists, young inheritors of the debased culter of the New-Order era, and anarchists avan la lettre. Finnaly, it shows Eka's gift for starling imagery, sharp and unex-pected changes of tone, and his 'extra-dry' sympathy for the fellow-members of his late-Suharto generation."
- Benedict R. O'G. AndersonIndonesia
 ***
Halo teman-teman, kali ini aku post buku review karya Eka Kurniawan sekaligus ikut tantangan reading challenge dari iJakarta. 
Eka Kurniawan adalah seorang penulis yang namanya dikenal banyak belakangan ini melalui buku-bukunya yang dianggap kontoversional namun, karyanya pulalah yang membawa nama Indonesia diperhitungkan oleh dunia internasional tentang kesusastraan. Buku Corat-coret di Toilet adalah kumpulan cerita berisi 12 kisah. Berikut ringkasan setiap cerita berdasarkan pengalaman pribadi saya saat membacanya;

 Peter Pan

Laki-laki itu memutuskan untuk menikahi si tuan Puteri pada tanggal 10 April. Namun, saat waktu itu tiba, tuan Puteri harus menelan pahit akan sebuah kenyataan yang membuatnya kehilangan laki-laki itu hingga ia menjadi perawan tua. Ia mendapat julukan Peter Pan bukan karena tidak mau tumbuh menjadi dewasa, namun kegagalannya yang belum bisa menamatkan kuliah sebab selalu melakukan tindakan-tindakan subversive. Melalui puisinya, Peter Pan menjadi penyair yang membuat penguasa jengah. Sang diktator bahkan turun tangan menghentikan penyair Peter Pan demi kepentingan politik. Tak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya.

“Penjahat besar yang keji, bengis, kotor dan bau, mereka susah di kalahkan dan susah mati.” --Peter Pan

Dongeng sebelum Bercinta

Alamanda menikahi sepupunya sendiri karena dijodohkan oleh orangtuanya terutama Ayahnya. Pernikahan yang tidak pernah disetujui Alamanda. Namun, ia tetap menikahi pria itu dengan harap akan mencintainya kelak. Malam pertama yang seharusnya menjadi momen bagi keduanya dibuat lain oleh Amanda. Dia menceritakan kisah wonderful Alice kepada suaminya sebagai syarat sebelum bercinta. Akan tetapi, dongeng itu tak kunjung selesai hingga keduanya sibuk masing-masing. Tepat di hari empat puluh dua pernikahan mereka, Mei sahabat Amanda bertanya tentang alasan mengapa dongeng itu belum selesai. Dan yah, jawaban Amanda benar-benar membuatku deg!

Corat-coret di Toilet 
“Revormasi gagal total, kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik!”

Seorang mahasiswa masuk ke toilet kemudian menulis, membalas tulisan yang ada di dinding. Tak berselang lama, beberapa yang lain mengikuti. Entah siapa mereka, semuanya mengeluarkan unek-unek tentang reformasi, revolusi, apa saja yang terlintas dalam pikiran sebagai bentuk protes atau juga mungkin hanya sensasi. Hingga satu orang mahasiswa alim menulis sesuatu di dinding tersebut.  Bukannya berhenti mencoret di dinding, tanggapan atas tulisan terakhir justru lebih banyak hingga membuat toilet yang tadinya bersih terlihat kumuh.

Teman Kencan 

Malam minggu tanpa pasangan memang tidak mengasyikkan. Seperti itulah yang di hadapi seorang pemuda yang merasa sendiri, apalagi saat ditinggal minggat kekasihnya. Ia mencari teman kencan pada malam mingu. Dihubungi satu per satu nama yang muncul di pikirannya. Nurul, si cantik jelita yang membuatnya tergoda. Sayang, Nurul sudah berkencan dengan orang lain. Ayu? Ayu adalah kekasihnya yang minggat. Namun, pemuda itu tidak bisa melupakan paras Ayu. Telepon pertama, mengecewakan. Telepon kedua ada respon. Pemuda itu bergegas, menemui Ayu. Tapi sayang, pertemuan itu diluar dugaannya. Sesuatu  pada Ayu sudah berubah.

Rayuan Dusta untuk Marietje

“Ah, peduli amat dengan jerawat dan kecerdasan. Ia mau datang dan jadi kekasihku, bagiku sudah cukup.” 

Seorang pemuda yang datang ke Hindia Belanda untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Kepiawaiannya dalam membual, membuat komandan menjadikan pemuda itu sebagai prajurit di pertahanan depan. Semua bisa ia atasi kecuali satu hal, rindu pada Marietje. Kekasih yang dianggapnya berjerawat dan bodoh, tinggal di Belanda. Namun, tak bisa ia melupakan Marietje. Pemuda itu menulis surat, gombalan dan rayuannya yang terdengar membual, berhasil membuat Mariedje datang ke Hindia. Pemuda itu menulis surat bahwa ia berjanji akan menaklukkan negeri Hindia. Sanggupkah pemuda itu menepati janjinya kala Mariedtje menagihnya?

Hikayat si orang gila

Si orang gila itu tak bernama. Hiruk piruk orang berlalu lalang dilihatnya. Hanya ada satu dua orang yang peduli padanya. Namun, sejak peristiwa itu, dua orang tadi lenyap. Si orang gila kelaparan, mengais-ngais sampah untuk mencari makanan, nihil. Suara dentuman dari prajurit yang menjarah membuat orang-orang berlarian. Seseorang menyuruh orang gila itu pergi. Namun, ia tak kunjung beranjak. Sanggupkah  ia bertahan di tengah hiruk piruk suara gelegar tembakan dalam kelaparan?  

Si cantik yang tak boleh keluar malam 


“Cinta membuat orang begitu tolol, dungu dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani.”

Si Cantik hanya bisa melihat teman-temannya menghadiri pesta tanpa bisa mengikuti keseruan remaja di usianya yang ke 17. Romeo teman sekolahnya harus menunggu jawaban tatkala si Cantik memiliki perasaan kepadanya. Namun, titah orangtua lebih dari apapun. Memingit si Cantik agar tidak keluar pada saat malam. Sanggupkah si Cantik patuh pada titah orangtua?

Siapa kirim aku bunga?

“Bunga itu lambang  cinta, dan kau manusia yang kering akan cinta. Sudah selayaknya kau peroleh banyak-banyak bunga.”

Henri nama pemuda itu. Bertugas di Indonesia pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Ia mendapat bunga-bunga yang dikiriminya hampir setiap hari oleh seseorang. Ia tidak tahu kalau yang mengirimi bunga-bunga itu adalah si gadis penjual bunga asli Jawa. Akankah Henri mendapat jawaban atas pertanyaannya kepada si gadis penjual bunga itu, tentang perasaannya dan tentang orangtua si gadis penjual bunga?

  
Tertangkapnya si bandit kecil pencuri roti

“Aku ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya”

Seorang bandit yang sedikit dikagumi. Bocah berusia sepuluh tahun, mencuri roti di toko-toko. Suatu hari, ia tertangkap basah, beberapa yang sering bertandang ke tempatnya ingin juga mengangkap bandit itu, namun sesuatu pada diri bandit itu menghentikan langkah mereka.

Kisah dari seorang kawan
 
Empat mahasiswa, dari latar belakang yang berbeda. Ayah mereka masing-masing memiliki profesi yang berbeda, ada tentara, guru, dan petani. Cerita seorang mahasiswa gondrong dengan muka kotor tak bercukur membuka mulut. Bercerita tentang ayahnya yang sebentar lagi akan keluar penjara. Kisah tentang Ayah dari mahasiswa gondrong sangat menyindir kehidupan nyata tentang aksi heroik sang ayah dan alasan mengapa dia melakukan itu.

Dewi amor
 
Pemuda itu jatuh cinta pada gadis yang bernama Laura. Baginya, gadis itu seperti teka-teki yang menawan! Menunggu waktu yang tepat untuk mendekati Laura, menunggunya sepulang sekolah, dan terlalu takut untuk menyatakan perasaannya. Hingga pemuda itu melakukan hal-hal konyol.

“Oh cinta, betapa ia bisa membuat orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekalipun!"

Kandang Babi

Kocak, lucu, berantakan, miris, memprihatinkan. Seperti inilah kesan Edi Idiot. Seorang mahasiswa yang menggantungkan hidupnya pada kandang babi dan berutang kepada Bu kantin gendut. Namun, ia adalah realita sekaligus sindirian. Pada sistem pendidikan dan hiruk-piruk dunia mahasiswa. Juga, ia adalah cerita tentang kesedihan akibat kesenjangan hidup.

*** 
Corat-Coret di Toilet merupakan karya Eka Kurniawan yang pertama kali kubaca. Sebenarnya, sudah lama aku tahu tentang penulis, mengingat namanya meroket karena karya-karyanya yang memang patut diperhitungkan. Apalagi, Eka Kurniawan, dalam bukunya Lelaki Harimau membawa penulis masuk ke ajang nominasi penghargaan bergengsi The Man Book International Prize 2016. 

Melalui aplikasi iJakarta, sebuah aplikasi perpustakaan digital, aku bisa membaca buku ini tanpa harus bersusah payah mengumpulkan budget dan ke gramedia (maklumlah hihi) sekaligus mengikuti reading challenge yang diselenggarakan oleh iJakarta. 

Membaca buku melalui versi digital tentu memiliki pengalaman tersendiri. Selain karena mudah mengakses dan membawanya ke mana-mana, cara ini sangat praktis. Ini juga kali pertama bagiku menggunakan aplikasi iJakarta. Ternyata, sangat mengasyikkan yang awalnya aku memang kurang suka baca buku versi digital. Oiya yang menarik dari app ini seperti perpustakaan real, memiliki jangka waktu peminjaman, jadi terasa ada deadline, aku sebagai reader harus menuntaskan buku ini sekali duduk hihi.

Berkenalan dengan penulis melalui buku ini. 12 kumcer yang memiliki kisah masing-masing kebanyakan menyiratkan pesan moral. Penulis wajar saja dikatakan penulis yang kontroversional, gaya bahasanya yang ringan namun terdengar menyindir dan bebas. Justru, aku menyukai gaya bahasa yang dipakai penulis. Jujur apa adanya. 

Buku ini cocok dibaca semua kalangan, khususnya para kalangan aktivis. Ada beberapa cerita yang menyinggung tentang masa Orde pemerintahan. Ada juga yang menyinggung soal sistem pendidikan, kesenjangan soisal, dan tentunya kisah cinta yang menyisakan renungan dan tanya kepada pembaca. Misal dalam kisah Corat Coret di Toliet yang menjadi topik utama buku ini. Di dunia realita, aspirasi bisa dilakukan dimana pun. Namun, terkarang suara demokrasi terabaikan. Mencoret dinding di toilet dengan tulisan memang sering kita jumpai. Sebuah fenomena yang nggak lazim lagi. Apa makna di balik mencoret toilet di buku ini?  Bermacam-macam. Tergantung sudut pandang pembaca. Ada kemirisan jika suara/pendapat itu sendiri hanya sebatas coretan. Pun, ada fakta tersembunyi, bahwa terkadang apa yang disuarakan itu hanya diabaikan. 

So, teman-teman bisa membaca buku ini melalui aplikasi iJakarta. Mudah dan praktis. 
Happy Reading :)



Menjenguk Masa Lalu


Apakah kau ingat saat pertama kali menggenggam tanganku?

Kala itu, kau masih cantik, elok rupamu telah membuatku jatuh hati

Namun, bukan itu yang membuatku jatuh cinta

Hatimu mampu  meredamkan remuk amarah yang menggelegar kala aku emosi

Senyum di wajahmu meneduhkan pandanganku


Kau adalah sosok yang aku cari-cari dalam pengelanaanku

Kini, usiamu dan usiaku sudah memasuki usia senja

Namun, cinta yang kumiliki begitupun cintamu tak pernah pudar

Saat berjalan beriringan, kau selalu menggandeng tanganku


Di usia yang renta ini, giliran aku yang menggandeng tanganmu

Memapahmu yang  tak sanggup lagi menapaki jalan yang menanjak

Sayangku, aku masih mencintaimu bahkan di usia renta

Sesekali, aku menjenguk masa lalu

Mengingat-ingat pertama kali perjumpaan kita

Mengingat-ingat saat anak kita masih kecil-kecil

Sayangku, temani aku  menjenguk masa lalu

Bahwa kita juga pernah memadu kasih seperti sosok muda-mudi yang duduk berdua

Di ajungan Losari

-------
Oktober 2016
picture by google

[REVIEW] Cinderella's Wish

Blurb


Marie yang selalu jaim, berbohong pada temannya bahwa ia ahli dalam hal percintaan. Manami, sahabat Marie yang percaya akan kebohongan itu, mengajak Marie dengan pacarnya untuk kencan bersama. Sebenarnya Marie belum memiliki pacar. Marie pun panik dan akhirnya meminta tolong kepada Yamato. Yamato bersedia membantunya… tapi dengan imbalan!

Penulis: Ayumi Rin

Alih bahasa: Mustika Maria

Editor: Anni Pramudito

Desainer grafis: Heru Lesmana

Cetakan III: 2012

Dicetak oleh: PT Gramedia

MyRate: 3/5






Hello readers, post kali ini bukan tentang buku novel ataupun cerpen yah. Masih seputar buku dengan cerita yang mengasyikkan tentunya, namun dengan genre yang berbeda. Buku Cinderella’s Wish adalah sebuah komik yang ditulis oleh Arumi Rin. Kok komik?
Aku cerita sedikit dulu yah. Hihi

Dulu, aku sangat tidak menyukai membaca buku, menurutku membaca buku itu membosankan. Meskipun pernah kucoba yah tetap saja aku malah tertidur saat baru membaca dua halaman. Nah, saat itu, salah seorang teman menyarankan untuk membaca komik. Komik? Aku belum tahu banyak hal tentang komik yang terlintas dalam pikiranku, bacaan ini hanya untuk anak-anak. Namun, saat membaca, keseruannya terasa sekali. Membaca komik nggak hanya mengikuti alur ceritnya dan membuat imajinasi sendiri, tapi readers bisa menghemat waktu karena bacaan yang nggak banyak, to the point dan khusus readers type visual, sangat cocok deh pokoknya buat yang menyukai visual. Karena keseringan baca komik, akhirnya aku keasyikan membaca dan penasaran untuk membaca buku lain selain komik. Eh lama-lama udah jarang malah gak pernah lagi baca komik setelah sekian lama bergelut di novel-novel. Baru deh kali ini baca lagi. hihi

Oke langsung aja.
Dalam komik Cinderella’s Wish terdapat enam kisah atau short story tentang remaja cewek yang menyukai seseorang. Pertama, cerita Cinderella’s Wish. Karena keteledoran dan gengsi yang tinggi, Marie terpaksa berpura-pura kepada Manami tentang pacar yang dia miliki. Malah, Marie mengakui dirinya sangat ahli soal cinta. Itulah mengapa Hanami sangat berharap kepada Marie untuk membantunya melewati kencan pertama dengan pacar barunya. Akan tetapi, Marie justru dilanda kecemasan. Bagaimana Marie bisa menghadiri double nge-date atas ajakan Hanami jika dia sendiri bahkan belum pernah pacaran? 

Kedua, tentang cerita Tiramisu’s Lover. Rencana Chitose-Chan untuk menggalang dana di kelas memasak gagal seketika akibat ulah Kuon. Hasil masakan Chitose memang menggiurkan dan membuat Kuon menghabiskan semua kue yang ingin dijual. Sebagai gantinya, Kuon harus menjadi pelayan di stand Chitose saat penggalangan dana. Kuon memiliki wajah tampan yang bisa menarik perhatian siswi di sekolah. Tapi, masalah kemudian terjadi. Ada rasa yang timbul di hati Chitose.

Ketiga, Lovely Words. Iida seorang siswi mendapat nilai bahasa yang sangat anjlok. Dia pun harus ke perpustakaan untuk mencari referensi dan memperkuat bahasanya terutama kanji. Hal itu yang mempertemukannya dengan seorang pustakawan muda bernama Fujima. Sesuatu yang terjadi membuat Iida terjebak oleh rasa pada Fujima. Apa iya Fujima juga memiliki rasa yang sama? 

Hmm… aku merasakan keseruan saat membaca komik ini. Terlebih saat membaca tiga cerita lainnya di akhir bab. Karena komiknya genre teenlit khusus cewek, bacanya berasa menjadi remaja lagi kyaaaaa. Emang masih mudah kok haha…

Membaca komik ini, membuatku seolah berkenalan langsung dengan penulisnya. Beberapa note di buat oleh penulis untuk memberikan informasi tentang tulisannya. Misalnya saja Lovely Words, penulis mengakui menulis part ini terburu-buru. Memang sih saat baca komik part ini terkesan terburu-buru. Sebagai pembaca, aku merasa alur semua cerita dalam komik ini hampir sama, semua tokoh cewek  memiliki kesamaan, easy to fall in love with boy. Yap, mungkin sebagai pembaca aku lumayan menjaga gengsi cewek #tsaaah, tapi emang sih rata-rata komik/manga dari Jepang karakter cewek hampir semua sama. Apa memang begitu yah kondisi realnya di Jepang? I don’t know. After all, komik ini menarik untuk di baca khususnya teenage girl. Buat yang mau refreshing mind bisa juga tuh baca komik ini.
Buat penerjemah dan penerbit bahasa yang digunakan bahasa gaul yang pas banget dengan teenager. Saran buat penulis kalau bisa, tambahin konflik yang buat readers greget yah  (itu sih mw gue hihi).

“Terkadang diam justru bisa membuat kita lelah, tahu!" -Forbidden Smile-

Btw thanks yah buat kak @princeesashr, dapet komik ini dari hadiah GA :)

Happy Reading guys 

[REVIEW] LABIRIN

Blurb

Aku dan Han tidak sedang mempermainkan kepercayaan atau tidak menghormati Sang Pencipta. Kami hanya mencari sebuah cara untuk menyadarkan orangtua---Lizda

Kami tidak membunuh. Tidak juga berzina. Bukan pula pencuri atau penjahat. Mengapa cinta kami dianggap salah?---Johan

Akhir kisah, garis akhir labirin, entah menuju ke mana...

kau dan aku jauh berbeda.

Bersiaplah memasuki labirin kehidupan. Temukan pasanganmu, dapatkan jalan keluar. Setelah satu labirin terselesaikan, mungkin saja kita akan menghadapi labirin berikutnya. Yakinlah, setiap labirin punya kemenangan manis di akhir. Bila tidak, cukup nikmati saja perjalananmu.


Judul: Labirin

Penulis: Catz Link Tristan

Penulis: Elex Media Komputindo

ISBN: 978-602-02-4049-7

MyRate: 3/5

Tebal: 242 halaman


"Perpisahan itu menyisakan luka yang teramat dalam..."Hal. 8

Berawal dari cinta dan perbedaan keyakinan. Liz terpaksa menelan pahit saat menghadapi sebuah kenyataan lain. Liz harus berpisah dengan suaminya, pria si Kapal Karam dan berurusan dengan pengadilan tentang hak asuh anaknya. Liz, sepandai-pandainya menyimpan kenangan, dia tak akan pernah bisa melupakan pria masa lalunya. Hans.

Hans menyesali dirinya yang pernah lari dari kenyataan, mendapati dirinya bahwa tak adalagi yang bisa dilakukan. Selama bertahun-tahun, Hans mencoba untuk melupakan wanita di masa lalunya. Namun, semakin kuat usaha untuk melupakan, semakin mengakar rasa itu menghantuinya. Lalu, bagaimana dengan Dina? Setelah berhasil mencintai gadis lain, justru Hans mengalami kenyataan lain. Kenyataan yang membuatnya justru lari ke tempat dimana semuanya berawal. Bertemu dengan Liz, yang bukan lagi seperti wanita yang dia kenal di masa lalunya.

*
"Bukankah drama yang kita bintangi telah selesai? sudah terpasang kata tamat pada akhir kisah. Walau bukan ditutup dengan ending yang kita inginkan." Hal. 23

Aku tertarik dengan konflik yang ada dalam novel ini. Sangat menguras emosi pembaca tentang kisah cinta yang tidak sampai karena perbedaan keyakinan dan juga restu kedua orangtua. Membacanya, seakan membawa readers menyelami kisah pertentangan dan perasaan kedua tokoh, Hans dan Liz yang tidak dapat menyatukan cintanya.

Unik juga mmbaca novel yang menggunakan sudut pandang pertama POV Liz dan Hans. Kita akan tahu bagaimana pikiran Hans kepada Liz dan juga sebaliknya. Setiap lembar membaca buku ini, aku selalu bertanya-tanya tentang ending novel ini. Judulnya bukan hanya sekedar labirin, karena seolah membawa readers masuk ke dalam labirin, menyusuri kisah Hans dan Liz, yang akupun susah menebak ke mana ujungnya.

Kehadiran Ka sebagai sahabat Liz juga semakin memperkaya penokohan dalam buku ini, hanya saja aku merasakan keganjalan saat bagian Ka memiliki rasa terhadap Hans, menurutku, konflik di antara mereka sedikit terabaikan pada satu bagian. Meskipun begitu, aku suka tokoh Ka yang periang.

Membaca novel ini, aku yakin readers akan terbawa emosi saat mengetahui orangtua Hanz dan Liz tidak merestui hubungan mereka walau dengan cara apapun. Penulis sukses membuat konflik antara anak-orangtua yang membuat greget pembaca. Kok bisa yah mereka nggak mau menolerir perbedaan masing-masing? Hmm.. fiksi tetap fiksi kan yah hehehe.

Dan ending yang sempat mengaduk-aduk perasaanku sebagai pembaca. Jika kamu ada di posisi Liz, apa yang akan kamu lakukan?

"Bila kebahagiaan itu terhempas bagai ombak, maka sia-sia mencoba menjalanya. Jika impian bukanlah jalan takdir, sekuat apa pun kita menggapai, kandas pula. Aku telah belajar dan menyadari , kehidupan tidak pernah mudah."hal. 234

Happy Reading :)

[REVIEW] Biografi Een Sukaesih

Buku Biografi: EEN SUKAESIH  

Penulis: Zaenuddin HM   
     
ISB: 9786021258507 

Tanggal Terbit: November 2013

Penerbit: Change Publication

MyRate: 4/5















Hello teman-teman, apa kabarnya?
Oh iyya udah pernah dengar nama Een Sukaesih?  Pasti udah. Aku nya aja yang telat. Hehehe
Kali ini, aku akan ngepost kisah inspiratif dari seorang perempuan yang memiliki keterbatasan fisik, namun tetap melakukan hal positif yang luar biasa dan  beliau melakukan itu selama 30 tahun!

Baca buku ini, rasanya aku ditampar habis-habis. Kenapa? 
Sadar atau tidak, sengaja atau bukan, hampir setiap hari kita mengeluh. Entah itu kekurangan yang kita miliki terhadap diri sendiri, ataukah meratapi nasib yang merasa kurang beruntung jika dibandingkan dengan orang lain. Aku sendiri sering merasa seperti itu.

Setelah membaca buku Een Sukaesih, kita seakan diajak untuk melihat dunia luar. Dimana kita merasa bahwa sekurang-kurangnya apapun hidup, masih ada orang lain yang bahkan jauh lebih menderita. Nah bagaimana dengan Een Sukaesih? bagaimana seorang perempuan yang menderita penyakit hingga lumpuh masih sanggup menebar kebaikan?

Een Sukaesih lahir di kampung Sumur, Desa Cibeureum, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 10 Agustus 1963. Terlahir di desa yang letaknya di dataran tinggi dan berasal dari keluarga sederhana.  Sejak kecil, Een diasuh oleh sang nenek apalagi saat orangtua Een bercerai saat masih balita.

Een yang sudah beranjak tujuh tahun, melanjutkan sekolahnya. Alhasil, prestasi-prestasi Een mulai tampak. Hingga ia melanjutkan sekolahnya ke jenjang setingkat SMA di masa sekarang ini.
Sebagai pembaca, aku sangat mengagumi kepribadian Een yang memiliki antusias yang sangat tinggi untuk belajar. Terlebih lagi saat Een bercita-cita ingin menjadi guru.

Cobaan datang menghampiri Een. Semula ia merasakan sakit di pergelangan tangannya, kemudian menjalar ke bagian-bagian tubuhnya yang lain. Saat bersekolah pun, Een rela menahan rasa sakit yang diderita olehnya, karena semangat yang tinggi Een berhasil menyelesaikan sekolahnya.

Namun, Een menderita penyakit Rheumatoid Arthritis radang sendi hingga tubuhnya lumpuh total. Een tak dapat melakukan aktifitas apapun. Bahkan Een terpaksa mengubur dalam-dalam impiannya. tapi, apakah Een menyerah? Sebagai manusia normal, tentu saja kita akan drop, merasa semuanya seolah-olah direnggut begitu saja. Tapi, apakah Een putus asa? Tidak. Dan inilah yang membuatku kagum akan sosoknya yang luar biasa.

Seorang perempuan yang menderita lumpuh total, tidak membuatnya putus asa dan tetap menebar kebaikan. Een mengajar dengan penuh cinta terhadap murid-muridnya. Melaui buku ini, aku sangat kagum dengan sosok perempuan yang pantang menyerah dengan keadaan yang pasti membuat siapapun merasa impossible melakukan sesuatu. Dibalik penderitaan yang dialami, ada kekuatan yang mampu membuatnya bertahan, hingga di akhir hayat, nama Een masih terpatri dalam sanubari.
Aku sangat bangga dengan perjuangannya. Perempuan yang satu ini, sangat menginspiratif.
Apa dan bagaimana motivasi Een Sukaesih bisa teman-teman baca langsung di buku ini. Lalu apa yang terjadi 30 tahun setelahnya? Banyaknya penghargaan yang diterima oleh Een melalui jasa-jasanya mengajar dalam keadaan yang menurut kita impossible sangat layak diterima oleh Een Sukaesih. Penasaran seperti apa beliau dan penghargaan apa saja yang dimiliki? hmmm silahkan teman-teman membaca bukunya, bertemu dan berkenalan langsung dengan Een melalui buku ini.

Happy reading :)
------

Note: Big thanks to all of teacher in this world who has dedicate their life for us to teach :) 
Review ini diikutkan dalam event #GABornTobeLoved  



[REVIEW] Sabtu Bersama Bapak

BLURB
Video mulai berputar.

“Hai Satya! Hai Cakra!” sang Bapak melambaikan tangan.

“ini Bapak.

Iya, benar kok. Ini Bapak.

Bapak Cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit.

Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian. Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kaian. Ingin tetap dapat bercerita dengan kalian. Ingin tetap dapat mengajarkan kalian. Bapak sudah siapkan.


Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak perlu bingung ke mana harus mencari jawaban. I don’t let death take these, away from us. I don’t give death, a change.

Bapak ada di sini. Di samping kalian. Bapak sayang kalian.

 Judul: Sabtu Bersama Bapak

Penulis: Adhitya Mulya

Penerbit: Gagas Media

ISBN: 979-780-721-5

Tebal: x+278 halaman

MyRate: 4/5








Harga diri kita tidak datang dari barang kita pakai. Tidak datang dari barang yang kita punya. Di keluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang. Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang. Nilai kita datang dari sini. Bapak menunjuk kepada hati. “harga diri kita datang dari akhlak kita.” Hal. 119


Gunawan adalah  suami  Itje Garnida sekaligus seorang bapak dari kedua anaknya, Satya si sulung dan Cakra si bungsu. Kedua kakak beradik ini memiliki keunikan masing-masing. Tumbuh bersama seorang ibu yang jago masak dan sudah menyandang status janda saat Satya masih berumur 9 tahun.

Tanpa kehadiran sosok bapak dalam proses pertumbuhan seorang anak tentu menyisakan kekosongan. Namun, Gunawan yang menyadari umurnya tidak panjang lagi akibat digerogoti penyakit kanker, dia merekam semua nasehat-nashet sebagai bekal untuk anaknya kelak melalui handycam. 

Hari Sabtu biasa disebut hari keluarga, karena hari dimana seorang Bapak akan mendapatkan libur dari kerja, hari dimana semuanya berkumpul. Namun, hari Sabtu bagi Itje, Satya dan Cakra adalah hari dimana mereka bisa menonton rekaman dari Bapak. Ada yang khusus diberikan untuk Satya sesuai umurnya, juga ada yang khusus untuk Cakra si bungsu. Nasehat Bapak sangat memberikan pengaruh bagi kedua anaknya. Terlebih lagi saat Satya memiliki tiga orang anak dan hampir setiap hari saat Satya pulang dari kerja, dia memarahi anak-anaknya, juga mengkritik masakan sang isteri. Di saat Satya menghadapi masa-masa pelik akan keluarganya, saat itulah Satya memutar kembali rekaman Bapak, untuk Satya yang sudah dewasa.

Berbeda dengan Cakra. Di usianya yang sudah 3o tahun belum juga menikah hingga ia di cap sebagai jomblo ngenes oleh rekan-rekan kerjanya. Ibunya pernah menegur Cakra yang juga mencemaskan anaknya. Namun, Cakra ternyata memiliki pandangan lain. Melalui nasehat bapak dalam rekaman, Cakra memiliki alasan tersendiri.

“Kewajiban suami adalah siap lahir dan batin. Ketika Bapak menikah tanpa persiapan lahir dan matang, itu artinya batin Bapak juga belum matang. Belum siap mentalnya. Karena Bapak gak cukup dewasa untuk mikir apa arti dari ‘siap melindungi’. Hal 19

Buku ini sukses mengaduk-aduk perasaanku saat membacanya. Kisah seorang Bapak yang meninggalkan rekaman untuk kedua anaknya, betul-betul menyentuh hati readers. Aku sangat mengagumi tokoh Gunawan sebagai bapak dalam novel ini. Bagaimana pandangannya tentang kehidupan rumah tangga, dan juga tentang masa depan kedua anaknya. Sebelum meninggal, Gunawan menyiapkan segala sesuatunya untuk isterinya, agar kelak sang isteri tidak menyusahkan kedua anaknya. Gunawan pun merekam dirinya dan setiap momen untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya, mungkin semua pertanyaan nggak akan terjawab, tapi cukup menjadi bekal bagi mereka berdua.

“Mendiang Bapak telah mengajarkan pada anak-anaknya dalam sebuah posting, bahwa meminta maaf ketika salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar bahwa seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenangan dia dari melawan arogansi. Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf. Tidak meminta maaf membuat seseorang terlihat bodoh dan arrogan.” Hal 80

Aku seolah menjadi bagian dari cerita ini. Memposisikan diri sebagai anak yang mendengar nasehat-nasehat dari Bapak. Pesan yang sederhana, namun memiliki makna yang sangat kuat.

Penulis mengemas kisah ini dengan alur yang mudah dipahami. Readers akan menemukan alur maju mundur saat membaca buku ini, karena setiap memutar rekaman, alur cerita akan flashback, tenang aja ceritanya nggak akan terkesan rumit, karena alur maju masih mendominasi. 

Kesan keluarga terasa banget dalam novel ini, readers akan paham betapa kekuatan cinta dari keluarga memberikan pengaruh besar daalm kehidupan anak. Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik melalui buku ini.

Oiya awalnya aku mengira akan nangis-nangis saat baca buku ini. Awal membacanya memang iya. Sangat terharu terlebih saat membaca pesan Gunawan kepada anak-anaknya yang sangat mengharukan. Namun, readers akan dibuat tertawa saat membaca bagian Cakra si bungsu. Seorang Deputy Director di POD Bank yang berasal dari Jerman. Terbilang sudah mapan, wajah yang lumayan, meski nggak sebanding dengan Cakra, tapi karena kesialannya yang jomblo terus, membuatku yang tadinya mau nangis, tiba-tiba tertawa saat membaca bagian ini karena ada beberapa adegan yang terkesan sangat kocak. So, jangan heran yah jika readers baca buku ini, ekspresi mukanya bisa berubah-ubah. Dan itu yang membuatku nggak sabar membaca buku ini sampai tuntas.

Aku hanya sedikit penasaran dengan suasana di Denmark yang menurutku kurang dibahas secara detail melalui novel ini. Padahal, jika ada detail tentang tempat ini, maka akan semakin memperkaya kisah di dalamnya. Tapi, itu wajar karena novel ini memang berkisah seputar keluarga. Secara keseluruhan, novel ini sangat menarik untuk dibaca. Meskipun sudah ditayangkan filmnya, aku lebih menyukai membaca novel ini, terasa lebih hidup dan waw!

By the way… apakah Cakra berhasil menemukan pendamping hidup, setelah mendapat empat kali penolakan? Siapa yah yang bakal menjadi isterinya kelak, apalagi saat ibunya ternyata diam-diam menyembunyikan sesuatu dari kedua anaknya. 
Kira-kira sanggup nggak yah Satya menjadi sosok Bapak yang merasa ditakuti oleh ketiga anaknya sejak delapan tahun terakhir pernikahannya dengan Rissa yang kini menetap di Denmark? 

Oiya buku ini recomended banget dibaca untuk kaum adam, baik itu calon bapak atau yang sudah menjadi kepala keluarga. Bagi yang kurang mendapatkan pengalaman tentang kebersamaan keluarga, buku ini asyik banget, membuatmu seolah-olah menjadi bagian dari kedua anak yang sedang mendapat nasehat dari seorang bapak yang sederhana. 

Best quotes: 
"Tidak ada yang lebih menjijikkan bagi seorang perempuan ketika melihat laki-laki yang tidak tahan atas persaingan". hal 99

"Menjadi panutan adalah tugas semua orangtua untuk semua anak." hal. 106

"Berapa kali kamu jatuh itu nggak penting. Yang penting berapa kali kamu bangkit lagi." hal. 130

"Carilah pasangan yang dapat menjadi perhiasan dunia dan akhirat." hal. 180

"Memaksa untuk mendekat hanya akan memaksa wanita menjauh." hal. 192

"Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan." hal. 217 
So, happy reading :)

[GIVEAWAY] Mencintai Tanpa Dicintai

Hola teman-teman, untuk kedua kalinya, aku ngadain lagi nih giveaway di blogku. Kali ini giveaway novelnya sangat menarik juga religi loh, nah dari judulnya aja emang udah nggak asing di telinga kita. Mencintai tanpa dicintai rasanya gimanaa gitu hehe, nah sebelum mengikuti giveawaynya kita kepoin dulu yuk penulisnya. Ekhem..

"Halo kak, apa nih kesibukannya sekarang?"

"Sekarang lagi fokus ingin menyelesaikan novel 'Anak Semua Manusia' sebagai lanjutan dari novel 'Mencintai tanpa Dicintai" 

"wah ternyata ada lanjutannya yah kak, jadi gk sabar nunggu part 2 nya, novelnya menggugah banget saat aku baca, kira-kira apa sih yang menginspirasi kk menulis novelnya?"

"Ada banyak hal si yah. sy pikir hidup ini adalah inspirasi itu sendiri. Tapi klau di spesifikkan maka novel 'MTD' ini dituliskan terinspirasi dari mencintai tanpa dicintai oleh seseorang"

"jadi penasaran nih kak siapa seseorang itu hehehe , oiya kak kenapa "IF" dijadikan sebagai nama pena nya? Seperti bang Tere Liye tidak memakai nama asli. Apa ada makna tersendiri?"
 
"Iya. Ada makna dibalik IF yg berarti Jika. Di sini sy menganggap bahwa pemilik kebenaran yg mutlak itu hanya Tuhan. Jadi kata Jika atau If itu sebagai manusia biasa yg mendapatkan inspirasi dari Tuhan. Yg jika benar datangnya dari Tuhan dan jika ada yang salah datangnya dari kelemahan saya sbgai manusia biasa"

"keren kak, ternyata gk hanya novelnya yang religi tp jg makna dari namanya yah hehe,, trus apa kendala kk saat menerbitkan bukunya?"

"Banyak yah kendala dalam menerbitkan buku. Yang pertama saya adalah manusia yg lebih menjaga idealisme dibanding menjadi terkenal. Jadi saya memilih dulu mana penerbit yg sesuai dan tidak. terus jg masalah financial, karena awalnya saya kesulitan mencari penerbit yang mayor dan sesuai, jadi saya pilih menerbitkan yang indie.

"wah ternyata butuh perjuangan yah kak, dan saya salut dagan kerja keras kk dlm menerbitkan bukunya. yang terakhir nih kak, pesan atau motivasi yang ingin disampaikan kepada pembaca, kira-kira apa nih kak?"

"Teruslah mencintai walau tanpa dicintai. Jika anda tidak menemukan yang mencintaimu maka anda akan mendapatkan balasan cintamu dari Yang Maha Cinta (Tuhan)"

"makasih banyak kak atas waktunya, ditunggu karya selanjutnya kak."

 
Itu dia tadi sesi kepoin penulisnya teman-teman, nah kalau mau mengenal lebih jauh penulisnya, yuk kenalan melalui bukunya. Syaratnya gampang banget.

1. Peserta tinggal di Indonesia
2. Add akun facebook IF dan akun twitter saya @PrinceesAsuna Jangan lupa share dengan hashtag GA #MTD dan mention via twitter @princeesAsuna (Jika di share di facebook, mention Ainhy Edelweiss dan hashtag #MTD)
3. Follow blog ini, bisa via wordpress atau email.
4. Tinggalkan komen di REVIEW
5. Giveaway ini juga boleh di share via blog, facebook, dan sosmed lainnya. Jangan lupa sertakan hashtag GA #MencintaiTanpaDicintai
6. Tinggalkan komentar di bawah dengan menyebutkan nama twitter (boleh facebook) dan link share. 

GA #MTD ini berlangsung: 20-29 Oktober 2016. Pengumuman akan dilakukan setelahnya.
Akan ada SATU PEMENANG yang akan mendapatkan buku ini. Hadiah akan langsung dikirimkan oleh penulisnya.
Pemenang akan dipilih secara random, so everybody has a chance to be winner, hope you are the lucky one :)
Semua peserta yang ikut berpartisipasi akan mendapatkan diskon pembelian bukunya loh.

Fivefoot Story - Terima Kasih Lelah

By: Bebhen Fivefoot
Aku bukan burung yang pandai terbang dengan sayap
Aku bukan bayangan yang apabila gelap akan menghilang
Apa yang menghalang hati ini berkembang
Atau mungkin karena kamu lebih betah dengannya?

Bukan lelah berharap,
Bukan menyesali doa yang telah terucap
Tapi hanya kau yang berhasil mengindahkan hati ini
Kau yang menanam rasa hingga matahari terbenam
Dimata, kita saling bertatapan hingga bayangan itu hilang

Aku menikmati penyesalan ini tapi bukan salahku
Ingat bukan salahku
Kau yang berangkat dengan metafora sesak 
Dan mengucapkan selamat tinggal disaat bingkai 
Cerita ini menjadi lelap

Malam ini kubelajar melihat bintang
Aku sadar ini sebuah tantangan 
Semoga bulan memberiku titik terang 
hingga aku tenang 

Mataku  dan matamu akan selalu melihat dunia,
Dunia tetap menyatukan kita walau hanya menampung cerita
Tanya  dan jawab tanpa jawaban
sekali lagi  Terimakasih lelah
 

Melepas Senja

Jauh dari orangtua memang menyesakkan. Aku yang masih remaja dan baru memasuki bangku SMA, terpaksa menahan perih jika mendengar teman-temanku membicarakan orangtua mereka. Sejak peristiwa saat kelas tiga SMP, aku harus merelakan orangtuaku merantau di tempat jauh. Bersama adik dan nenekku, aku memikul beban sekaligus rindu. Rindu kepada ayah dan ibu.

***
Seharusnya, acara penamatan yang begitu meriah saat pelepasan kelas tiga SMP di sekolahku menjadi momen yang tak terlupakan. Senyum mengembang di setiap raut wajah teman-teman sekelasku. Siswa perempuan menggunakan baju kebaya, dan siswa laki-laki menggunakan batik. Setiap siswa diwajibkan mengundang orangtua masing-masing di acara penamatan. Dan aku, aku hadir di acara penamatan itu. Bagaimanapun, itu momen yang sangat berharga bagiku. Hanya saja, aku datang sendiri di tempat itu tanpa ayah dan ibu. 

Aku memakai baju kebaya khas daerahku, Bulukumba. Salah satu kabupaten di Sulawesi. Kata nenek, penampilanku sangat anggun dan cantik. Sayang, nenek nggak bisa menemaniku di acara penamatan itu. Nenek sudah tidak bisa duduk berlama-lama di sebuah acara, maklum usianya yang semakin mendekati setengah abad. 

Kulirik teman-temanku. Mereka terlihat sangat bahagia. Beberapa di antaranya adalah sabahatku. Fhya yang datang dengan orangtuanya datang menghampiriku. Dia seperti biasa, Fhya selalu tampak ceria dn sedikit manja. Fhya menanyakan kabarku dan tentunya dia tampak bingung saat melihatku datang sendiri tanpa orangtua. Aku hanya menjelaskan seadanya. Yang sebenarnya, masih kusembunyikan kalau orangtuaku pergi di Malaysia.

Acara begitu meriah. Penyambutan dari kepala sekolah serta bapak camat menambah kemeriahan acara ini. Tak ketinggalan suguhan tarian seni dan musik semakin memeriahkan acara penamatan. Aku duduk tak jauh dari panggung bersama Fhya dan kedua orangtuanya. Setidaknya, aku nggak merasa canggung dan minder yang datang tanpa orang tua. Kehadiran Fhya, membuatku bisa menikmati acara ini. 

Dan tibalah di bagian yang ditunggu-tunggu para siswa. Pengumuman tiga siswa terbaik di sekolah ini. Semua orang tahu, acara ini yang paling dinanti-nantikan. Karena, kepala sekolah sendiri yang akan memberikan penghargaan kepada siswa terpilih, apalagi disaksikan para orangtua siswa. 

Aku tak berharap banyak untuk ini. Prestasiku di sekolah memang cemerlang. Tapi, banyak juga saingannya di sekolah. Untuk menjadi siswa pilihan, ada beberapa kriteria yang akan dinilai oleh guru. Aku sendiri di acara itu, tidak memikirkan pengumuman siswa pilihan ini, sejak kepergian ayah dan ibu tiga minggu lalu, sangat membebani pikiranku. Kenapa mereka harus pergi? 

“Dini, Dini… kamu harus naik panggung.” Aku bangun dari lamunanku. Fhya mengguncang-guncang bahuku yang sedari tadi tak kusadari saat memikirkan orangtuaku.
“Eh Fhya, ada apa?”
“Ya ampun, Dini.. namamu udah di sebut dua kali, cepetan naik di panggung.”
“Hah, apa? Kok aku?” Aku menatap Fhya kebingungan.. Tanpa kusadari, banyak pasang mata yang melihatku. Kepala sekolah, sepertinya menatap juga ke arahku. 

Aku yang kebingungan, meninggalkan Fhya menuju panggung. Kuperbaiki posisi jalanku. Di panggung, aku bergabung dengan dua siswa lainnya. Mereka Santi dan Rahman. Siswa berprestasi yang juga saingan terberatku di sekolah.
“Selamat yah Dini, kamu juara pertama siswa pilihan di sekolah ini.”

Deg! Aku sangat kaget. Rahman mengucapkan selamat kepadaku. Dia dan Santi tersenyum sumringah. Aku baru menyadari jika terpilih siswa berprestasi di sekolah ini.
Sesaat sebelum pemberian hadiah dan plakat, kepala sekolah memanggil orang tua masing-masing. Rahman melambaikan tangan ke ibunya. Ibunya menaiki panggung bersama seorang laki-laki yang kukira suaminya, ternyata itu ayah Santi. Mereka langsung mengambil posisi di samping Rahman dan Santi. Sementara itu, aku bergeming.
“Nak, orangtua atau walimu ada?” Bisik kepala sekolah di dekatku.
“Maaf pak, mereka.. ibu dan ayah nggak… ada urusan mendadak pak. Jadi mereka nggak sempat hadir di acara penamatanku. Dan, maaf pak, nggak ada wali.” Aku terbata-bata menjawab pertanyaam Pak kepala sekolah. Saat itu, hatiku rasanya disayat sembilu. Sungguh, seharusnya ini menjadi acara penamatan yang paling berharga untukku. Seharusnya aku senang. Tapi, tanpa kehadiran ibu dan ayah, semuanya terasa hambar. 

Aku berusaha tersenyum saat menerima penghargaan itu. Tepuk tangan bergemuruh saat kepala sekolah memberikan plakat dan penghargaan kepadaku.
“Nak, meskipun orangtuamu tidak hadir, kamu harus tetap semangat dan mempertahankan prestasimu di jenjang berikutnya.”

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Tak banyak yang bisa kukatakan. Mereka kira air mataku adalah air mata haru. Bukan. Air mataku sesungguhnya air mata kesedihan. Sedih karena mengingat orangtuaku yang mungkin saat ini sedang bekerja di tanah rantau. 

***
Ingatan saat acara penamatan di sekolahku terngiang kembali. Aku yang kini berseragam abu-abu masih tak bisa melepaskan kekecewaan dalam hatiku. Saat ini, aku sudah menjadi siswa SMA. Masa putih abu-abu yang seharusnya menjadi momen paling berharga. Tapi, aku tak bisa seceria itu. Jauh dari orangtua, memaksaku harus hidup mandiri. Belum lagi, saat nenekku sudah sakit-sakitan. Aku mengambil semua pekerjaaan nenek yang biasanya memelihara ayam dan berkebun. Juga menjaga adikku. Beruntung aku punya adik. Keberadaan adikku mengurangi sedikit beban pikiranku saat berada di rumah. Adikku sudah kelas 1 SMP. Namanya Sam. Karena dia laki-laki, aku tidak kerepotan menjaga adikku itu. Semenjak perginya ibu mengikuti ayah, kini aku juga harus berperan sebagai ibu.

Sam, selalu membuatku tertawa saat berada di rumah. Dia adik yang lucu. Walau terpaut empat tahun dengan adikku, kami seperti dua orang sahabat yang sangat akrab. Sam, berbeda dariku. Walau jauh dari orangtua, Sam selalu saja bercerita tentang humor apalagi pengalaman-pengalamannya di sekolah. Sam tak terlihat seperti anak yang kehilangan kasih sayang orangtua. Kuakui untuk beberapa hal aku belajar ketegaran dari adikku sendiri. 

Sam hanya pernah mengungkit sekali tentang ibuku. Itupun, saat pertama kali aku memasak di rumah nenek. Kata Sam, masakanku tidak enak seperti ibu. Saat itu aku mencubit Sam. Tanpa kusadari, cubitanku meninggalkan bekas di lengan Sam. Sam merintih. Tapi dia tidak menangis. Lagi, Sam adikku hanya tersenyum. Dan mengataiku dengan mata jahilnya. 

Sudah setahun lebih aku menjalani hari-hariku tanpa orangtua. Selain ke sekolah, aku juga berperan sebagai ibu di rumah untuk adikku yah walaupun sebenarnya aku tak akan pernah seperti ibuku. Dan lagi, Sam adikku jauh lebih tegar dariku. Saat nenek sakit parah, aku sangat khawatir. Tapi, aku sangat bersyukur saat nenekku pulih kembali. Keberadaan nenek, bagikan air yang menghilangkan rasa hausku. Nenek yang sudah renta, namun rasa sayangnya tak pernah berkurang pada kami.

Hanya aku. Aku benar-benar merasa kehilangan. Walau ada Sam dan nenek, aku tak berhenti memikirkan orangtuaku. Seperti apa ayah dan ibuku di sana? Apa mereka bekerja sepanjang hari hingga jarang memberiku kabar? Belum lagi, saat pemberitaan di TV tentang penyiksaan para TKI di Malaysia membuatku merinding dan cemas. Jangan-jangan ayah dan ibu juga mengalami hal yang sama. Tapi, segera kutepis jauh-jauh pemikiran itu. Kiriman uang dari orangtuaku setiap bulan membuatku lega. Setidaknya, ayah dan ibu tidak megalami nasib mengerikan di tanah rantau. 

Aku hanya belum bisa menerima keadaanku saat berpisah dengan mereka juga saat dimana acara penamatanku saat SMP tanpa mereka. Bukan karena kepergiaan orangtuaku yang membuatku tidak ikhlas, tapi alasan mereka yang membuatku menaruh dendam kepada orang lain yang juga keluargaku sendiri.

***
Lima bulan sebelum acara penamatanku, aku pulang dari sekolah. Saat itu, aku bersenandung ria. Tak sabar ingin mengabarkan tentang nilai matematikaku yang tinggi. Namun, saat tiba di pekarangan rumah. Kulihat ibu menangis meraung. Suara kegaduhan meliputi pekarangan rumah. Ayah di pegang oleh beberapa orang. Tak jauh dari ayah, seseorang juga dipegang sekuat-kuatnya. Dia adalah pamanku sendiri. Tapi kenapa mereka berdua dilerai?

Sejak peristiwa itu, Ayah memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman. Kata ayah, ini lebih baik daripada menanggung malu bertengkar dengan saudara sendiri hanya persoalan sepele. Belakangan kutahu, jika paman menghina ayah di depan banyak orang karena tak sanggup membayar hutangnya. Ibu bilang, ayah baru mau membayar hutangnya, tapi pamanku keburu emosi. Dan lagi, kata ibu, paman sengaja mempermalukan ayah di depan banyak orang, agar ayah merasa terhina dan meninggalkan kampung ini.

Aku tak tahu banyak hal tentang urusan orangtuaku dengan paman. Karena saat itu, memang aku hanya fokus dengan sekolahku. Yang kutahu sejak kejadian itu, orangtuaku meninggalkan kampung halaman. Kata mereka, di tanah rantau jauh lebih baik. Setidaknya, di sana mereka dapat memperbaiki nasib. Belum lagi, ayah bercita-cita ingin menyekolahkanku tinggi-tinggi agar aku bisa membanggakannya suatu hari nanti.

***
Bulir-bulir air mata menetes di tepi mataku. Kuseka bulir-bulir air mata itu agar tidak dilihat teman-teman sekolah. Saat ini, aku sudah SMA dan sebentar lagi naik kelas tiga. Waktu memang cepat berlalu. Walau masih mengingat kenangan saat berpisah dengan orangtuaku, acara penamatan, adik dan nenekku, aku selalu berusaha untuk menjadi yang tebaik di sekolah ini. 

Ada yang berbeda saat aku menjadi siswa SMA. Semua tentang kepedihan yang kumiliki, membuatku termotivasi untuk menjadi yang lebih baik. Dan semua berawal saat aku bertemu dengan seorang teman saat pertama kali memasuki sekolah SMA ini. Namanya Rika. 

Rika merupakan teman sekelasku. Dia lebih dari sekedar teman bagiku. Rika berbeda sekali denganku. Dia cewek periang dan punya sejuta mimpi. Saat pertama bertemu pun, Rika mendapatiku menangis saat ospek di sekolah. Dia bukannya menertawaiku yang salah memakai atribut, malah Rika menjulurkan tangannya padaku.

Rika memperbaiki atribut yang kupakai, dia juga yang berbaik hati meminjamkan seragam cadangannya yang selalu dia bawa kemana-mana karena seragamku penuh lumpur saat jatuh di got. Aku tak tahu, mengapa Rika melakukan itu semua. Belakangan ini baru kutahu, kalau Rika memang seperti itu. Aku pernah mendapatinya berkali-kali menolong teman atau siapapun saat kami jalan bersama. Bagiku, Rika sosok teman yang tulus.

Kami menjalin hubungan persahabatan. Dimana ada Rika, disitu juga ada aku. Guru-guru dan teman-teman tahu kalau kami sangat bersahabat. Itu terlihat bagaimana kekompakan kami di sekolah. Rika memiliki sejuta mimpi. Dan itu yang membuatku bahagia berteman dengan dia.
Sebelumnya, aku tak pernah seceria ini apalagi dengan mimpi-mimpi. Rika membuatku bermimpi. Dia juga memberikan satu buku yang sampai detik ini kupajang di rak bukuku. Buku itu, tentang mimpi sejuta dollar. Kata Rika, aku harus membaca buku itu. Buku yang juga menjadi favoritnya.
Aku membaca buku itu sampai habis. Tak hanya Rika, aku kini memiliki harapan-harapan. Kupikir, aku juga ingin bermimpi. Memiliki mimpi seperti Rika dan juga Marry Riana yang kini menjadi idolaku. 

Adikku Sam sudah kelas dua SMP. Masih seperti dulu, dia tetap adikku yang ceria. Nenek kini semakin membaik, walau kadang penyakitnya kambuh. Di rumah, Rika sering berkunjung bahkan sampai menginap. 

Aku tak tahu, jika tidak bertemu dengan Rika. Mungkin, aku masih seperti yang dulu. Edel yang pendiam dan terlalu banyak memikirkan nasib. Tentang orangtuaku, kenapa paman begitu mempermalukan ayahku di depan orang banyak, dan tentang kehidupan keluargaku. Aku menyangka jika yang paling memprihatinkan hidupnya hanyalah aku. Namun, di luar dugaanku. Rika sendiri sejak kecil sudah ditinggal orangtuanya. Bahkan ibunya meninggal karena penyakit kanker. Rika menjelaskan semua kisahnya tanpa tetes airmata malah dia hanya tersenyum.

Kata Rika, kita harus berdamai dengan masa lalu. Orang yang pergi di kehidupan kita meskipun kita sangat menyayangi mereka, mereka bukan miliki kita seutuhnya. Karena bagaimanapun, mereka yang kita miliki akan kembali kepada Tuhan.

Aku kagum dengan pemikiran Rika yang sangat dewasa berbeda jauh dengan umurnya. Rika hanya mengatakan bahwa pengalamanlah guru terbaik seseorang. 

***
Aku duduk saat senja menghiasi langit jingga di anjungan Losari Makassar. Kini, bukan hanya orangtuaku yang jauh dariku terpisah oleh laut, tapi juga Rika yang pergi mengejar mimpinya. Kami sudah menjalani kehidupan masing-masing. Aku kuliah di jurusan managemen sesuai mimpiku. Meski begitu, aku tetap ingin menjadi penulis. Dan Rika, dia ingin menjadi pengusaha sukses kaya raya seperti Marry Riana. Semoga saja, mimpi-mimpi itu bisa kami gapai. Kata Rika, rasa sakit itu seperti senja. Jangan jadikan rasa sakit itu seperti es dingin yang akan membeku di dalam hati. Jika pun membeku, kau harus mencairkan es beku itu di hatimu.

Aku bergumam sendiri sembari menikmati anging mamiri di Losari. Aku melepas senja dengan simpul senyum yang melepas kenangan. Aku rindu dengan ayah dan ibu yang masih bekerja di tanah rantau, juga rindu dengan Sam yang kini sudah SMA, aku juga rindu dengan almarhum nenek yang meninggal sebelum ujian nasional. Bagiku, rindu sangat menyayat hati, dan lagi, aku tak boleh larut dalam kesedihan, apalagi cengeng. Kata Rika saat terakhir kami bertemu, aku nggak boleh jadi cewek cengeng. Anggap saja, semua itu adalah senja. Selalu datang setiap hari di penghujung hari, namun senja juga akan pergi. Maka, akupun harus melepas kenangan-kenagan itu, seperti melepas senja.

“Trima kasih Rika aku berjanji untuk tidak larut dalam kesedihan apalagi menjadi cengeng seperti katamu…” gumamku dalam hati.

------
Pict taken by google


Member of Stiletto Book Club

Komunitas Blogger Makassar

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri

Member of Warung Blogger

Warung Blogger

Member of Blogger Perempuan

Member Hijab Blogger

Free "Care" Day

Free "Care" Day